PERAYAAN "HARI RAYA TAHUN BARU IMLEK 2571 KONGZILI TINGKAT NASIONAL KE 21 MATAKIN”



JAKARTA, 02 FEBRUARI 2020 - Hari Raya Tahun Baru Imlek adalah satu hari suci keagamaan bagi umat Khonghucu, disamping hari suci lainnya seperti : Duan Yang (Puncak Musim Panas), Zhong Qiu (Pertengahan Musim Rontok), Dong Zhi (Puncak Musim Dingin), Qing Ming (Sadranan) dan Zhisheng Dan (Hari Lahir Nabi Kongzi, Confucius).

Karena sejarah agama Khonghucu (Ru Jiao) banyak berimpitan dengan sejarah orang Tionghoa dan agama Khonghucu telah mempengaruhi kehidupan masyarakat di Kawasan Asia Timur sejak beberapa abad lamanya, tidak heran bila Tahun Baru Imlek juga dirayakan dan menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa, dan luas dirayakan di Tiongkok, Korea, Vietnam, Mongolia, Taiwan dan Jepang dengan nama berbeda-beda.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) kembali mengadakan Perayaan "Hari Raya Tahun Baru Imlek 2571 Kongzili" secara nasional, terhitung sejak Perayaan Imleknas pertama, 17 Februari 2000, yang waktu dihadiri Presiden RI : KH. Abdurrahman Wahid, Wakil Presiden : Megawati Soekarnoputri, Ketua MPR : Prof. Dr. Amin Rais, Ketua DPR : Ir. Akbar Tanjung, serta beberapa tokoh bangsa, termasuk Menteri Pertambangan: Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).


Seminggu kemudian Presiden Gus Dur juga menghadiri Perayaan Capgomeh yang diadakan MATAKIN KOMDA Jawa Timur. Selain menyapa umat Khonghucu di Jakarta dan Surabaya, Gus Dur juga memberikan hadiah Imlek sebagai Hari Libur Fakultatif, dan sebelumnya beliau mencabut Inpres 14/1967 dengan Keppres 6/2000. KTP Khonghucu yang sebelumnya dilarang dipulihkan 31 Maret 2000. Presiden Gus Dur hadir dalam Perayaan Imleknas I dan II MATAKIN.

Perayaan Imleknas MATAKIN XXI, diadakan di Jakarta Convention Center pada hari Minggu, 02 Februari 2020, jam 16.00 - 18.00. Perayaan ini akan dihadiri 5.000 Undangan dari seluruh Indonesia. Tema yang diambil adalah, "Wibawa Kebajikan Menumbuhkan Takut-Hormat; Gemilang Kebajikan Menumbuhan Kecerahan".


Tema yang dipetik dari Kitab Suci Shu Jing V, Bab XXVII : 7 ini menegaskan bahwa di samping kita semua wajib menanamkan, merawat dan menyebarkan Kebajikan, tetapi proses, cara atau  metodologinya juga harus dilaksanakan dengan baik dan dijalankan dengan keteladanan. Bila  dilakukan dengan kekuasaan atau semata karena mengandalkan kewibawaan tetap masih bisa  menumbuhkan rasa takut atau keterpaksaan. Namun bila dilaksanakan dengan contoh teladan dari Sang Pemimpin atau melalui pendidikan karakter, niscaya tercerahkan semuanya



Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANRI dan BPIP Adakan Seminar Sumpah Pemuda Untuk Generasi Milenial

Interview Park Jihoon Fancon Asia Tour In Jakarta

INFORMA HADIRKAN PROGRAM KHUSUS MEMBER