35 Tahun GPMB:Simfoni Pemersatu Bangsa



Jakarta, 28 Desember 2019 - Seiring dengan maraknya perkembangan dunia marching band di Indonesia, Yayasan Grand Prix Marching Band (GPMB) tetap konsisten melaksanakan program perhelatan besar yang merupakan ajang pertemuan semua pemain, pecinta, dan pemerhati marching band. Sampai dengan tahun ini, yang merupakan pelaksanaan ke 35 kalinya, karena dalam perjalanannya kejuaraan GPMB pernah vakum di tahun 1997-1998 pada saat Indonesia dilanda krisis multi dimensi, menjelang era reformasi.

Perjalanan relatif panjang itu tentunya memerlukan perjuangan dan komitmen yayasan, panitia pelaksana serta pemangku kepentingan marching band. Melalui marching band, kami ingin mengajak masyarakat indonesia untuk bersama-sama menjadikan kegiatan ini sebagai bagian dari gaya hidup, sarana meningkatkan kreativitas seni dan olahraga, sekaligus meningkatkan persatuan dalam keberagaman.

Yang tidak kalah penting dengan marching band, kita membangun karakter bangsa, sebagai pilar penting pembangunan kebudayaan yang berkemajuan. Secara khusus memajukan generasi muda, dalam menerima tongkat estafet kepemimpinan bangsa dan negara Indonesia.


GPMB tahun ini terhitung 35 tahun. Sebagai penanda perjalanan, bersama dengan GPMB ke 25 tahun 2009, yang menerbitkan buku 25 tahun GPMB, dengan judul, "Jejak Langkah Seperempat Abad GPMB", dan dilanjutkan dengan buku ke-2 pada pelaksanaan 30 tahun GPMB, tahun 2014, dengan judul, "Mengabdi untuk Negeri", yang ditulis oleh wartawan Budaya Senior, Yusuf Susilo Hartono. Karenanya tahun ini, Yayasan GPMB juga menerbitkan buku jilid ke 3 dengan judul "Simfoni Pemersatu Bangsa" yang disusun oleh penulis muda Arditio Octia dan special editing oleh wartawan budaya senior Yusuf Susilo Hartono.

Tema "Simfoni Pemersatu Bangsa" yang diambil untuk buku ketiga ini, dilator belakangi paling kurang dua alasan. Pertama, marching band yang bersifat kelompok, hanya bisa kuat bila terjadi rasa kebersatuan dan kebersamaan antar individu pemain,pelatih, dan pihak-pihak yang terkait. Kebersatuan yang ideal, perlu didukung oleh aspek-aspek penting, seperti misalnya pengorbanan, kedisiplinan, rasa senasib sepenanggungan tim dalam berlaga, sportivitas, hingga fokus dalam mencapai tujuan bersama. Hingga kini kelompok marching band telah tersebar di berbagai daerah di Indonesia, baik di sekolah, perkantoran, kampus-kampus, pondok pesantren, sehingga rasa kebersatuan pun berkembang dari cinta kelompok, menjadi cinta lembaga/daerah, hingga menjadi cinta bangsa dan negara. Kedua, tema ini semacam "nyanyian", tepatnya "doa" agar persatuan dan kesatuan bangsa, semakin hari agar semakin "nyaring" untuk memperkokoh Indornesia Raya.



Kami sadar bahwa di dalam marching band itu terdapat banyak unsur positif bertemu jadi satu: pendidikan, seni-budaya, olahraga dan pemuda, wisata dan ekonomi kreatif,pemberdayaan perempuan, hingga membawa nama kelompok, perguruan tinggi/instansi/ daerah. Oleh karena itulah, selama ini kami terus berusaha menjalin hubungan baik dengan kementerian dan instansi terkait, karena GPMB memperebutkan Piala Bergilir Presiden RI, didampingi Piala Menteri Pemuda dan Olahraga, Piala Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Piala Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Piala Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Piala Gubernur DKI Jakarta, serta Piala Yayasan GPMB. Tahun ini diikuti 36 unii dari seluruhprovinsi di Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANRI dan BPIP Adakan Seminar Sumpah Pemuda Untuk Generasi Milenial

Gugus Tugas COVID-19 Sudah Distribusikan 1.492.150 APD

SOGO KELAPA GADING MALL MANJAKAN PARA PELANGGAN SETIA DENGAN TAMPILAN BARU DAN KOLEKSI CHRISTMAS TERKINI.