Fintech Lending with Purpose- Unique Case Model dari Finmas
Jakarta, 13 Desember 2019 - Pesatnya perkembangan industri teknologi finansial tidak terlepas dari potensi pasar dalam negeri yang sangat besar. Pengguna internet di Indonesia telah mencapai 132,7 juta pada awal 2019, hampir separuh jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 265,4 juta jiwa.
Industri fintech lending dianggap mampu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia karena bisa menjangkau masyarakat yang belum terlayani perbankan. Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), potensi pasar fintech lending terbesar adalah masyarakat unbankablc seperti petani, nelayan, pengerajin, dan sebagainya.
Riset Bain & Company dengan Google dan Temasek yang berjudul Fulfilling its Promise The Future of Southeast Asia's Digital Financial Services menyebutkan bahwa ada 92 juta penduduk dewasa di Indonesia belum tersentuh layanan finansial atau perbankan. Jumlah tersebut lebih dari separuh total penduduk dewasa yang mencapai 182 juta jiwa.
Sementara itu, data resmi pemerintah menunjukkan bahwa lebih dari 74 persen dari total 64 juta usaha mikro, Kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia belum bisa mengakses pembiayaan dari perbankan. Keadaan ini menciptakan gap pembiayaan hingga lebih dari USD1.000 triliun, menurut Bl.
Kondisi tersebut juga menghambat banyak UMKM untuk bisa berkembang dan meningkatkan peranan mereka di dalam perekonomian nasional. Hingga 2018, kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai 60,34 persen dan telah menyer ap 116,73 juta tenaga kerja atau 97 persen dari total angkatan kerja nasional.
Inovasi yang dihadirkan industri ntech lending diharapkan menjadi solusi untuk membuka akses bagi kelompok underserved dan UMKM. Dengan menyasar sektor produktif seperti pertanian, perikanan, pendidikan, UMKM, dan sebagainya, pelaku bisnis fintech lending diharapkan akan membawa manfaat besar untuk mendorong pemerataan ekonomi nasional.
Oleh karena itu, dalam TechXchange kali ini, Finmas mengangkat tema Fintech Lending with Purpose- Unique Case Models, yang membahas tentang potensial target pasar para pelaku industri fintech lending Karena melihat besarnya potensi pasar Indonesia, tentu menjadi peuting bagi perusahaan finansial teknologi untuk mengenal karakteristik target marketnya agar produk yang diluncurkans uai dengan kebutuhan masyarakat Transformasí gaya hídup dan teknologi yang semakín terjangkau adalah kunci pendorong perubahan.
Perusahaan fintech lending bisa bergerak dinamis berkat inovasi dan diferensiasi bisnis yang memungkinkan mereka memperkuat daya saing dan menguasai pasar. Selanjutnya, perusahaan fintech lending sebaiknya memiliki program komunikasi dan edukasí yang baik untuk mendapat kepercayaan konsumen. Kolaborasi adalah sebuah keharusan agar dapat terus berkembang dan bisa merespon kebutuhan konsumen," ujar Rainer Emanuel, Head of PR & Corporate Communications Finmas.
Untuk mengulas sejumlah pendekaian unik dari para pemain industri fintech nasional dalam melayani lebih banyak masyarakat Indonesia, Finmas turut mengundang Lutia Aisya selaku Business Administration Lead di TaniFund, Wong Budi Setiawan selaku CEO Edufund, Tommy Yuwono sebagai co-founder Pintek, Annisa Fauzia merupakan Head of Communication & Business Partnership Mekar, serta Dani Lihardja, CEO Danamas.
Finmas, Industri Fintech Lending yang Menyentuh Target Pasar Menengah ke Bawah Finmas merupakan perusahaan jasa pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi dan telah mendapat izin OJK dengan nomor lisensi No. KEP-85/D.05/2019 pada 30 September 2019. Finmas menyasar pembiayaan untuk kalangan menengah ke bawah.
Finmas berkomitmen untuk memajukan industri teknologirintisan (startup), sejalan dengan komitmen pemerintah mendorong perekonomian inklusif. TechXchange merupakan program yang diinisiasi oleh Finmas bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai Fintech Lending di Indonesia dan manfaatnya untuk perekonomian Indonesia.
Komentar
Posting Komentar