Komunitas Plastik Untuk Kebaikan Gelar Diskusi Publik Pengelolaan Sampah Plastik




Jakarta, 19 November 2019. Komunitas Plastik Untuk Kebaikan (KPUK) mengadakan Diskusi Publik dengan Tema Potensi Ekonomi Dari Pengelolaan Sampah Plastik di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan. Jakarta.

Hadir sebagai narasumber: Kasi Daur Ulang Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tyasning Permana Sari, Ir. Ahmad Zainal Abidin, PhD, Pakar PET dari ITB, Christine Halim, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia, Pris Poly Lengkong, Ketua lkatan Pemulung Indonesia dan Endang Truni Tresnaningtyas, Direktur Bank Sampah Induk Patriot Bekasi.



Diskusi publik dibuka oleh Koordinator Komunitas Plastik Untuk Kebaikan, Ibu Eni Saeni dalam sambutannya memaparkan bahwa terdapat 5.6 juta ton sampah akan tetapi hanya 1.2 juta ton yang didaur ulang. Lebih lanjut Ibu Eni Saeni memberikan contoh kasus telur ayam mengandung dioksin akibat pembakaran sampah plastik sebagai bahan bakar produksi tahu disana. Sehingga bahan berbahayapun masuk ke rantai makanan masyarakat.

"Oleh karena itu komunitas plastik hadir sebagai komunitas pencinta lingkungan. Berbagai program yang telah dilakukan yakni, melalukan kunjungan bank sampah di bekasi, melakukan car free day, menyewa mobil berkeliling untuk mengambil sampah penduduk serta mengajak masyarakat, pemerintah komunitas untuk bersama-sama bijak terhadap plastik"ungkap Eni.



Diskusi Publik pertama oleh Ir. Ahmad Zainal Abidin, PhD, Pakar PET dari ITB, menurutnya plastik merupakan produk teknologi, untuk memberikan kemudahan dan kenikmatan hidup sehingga pertumbuhan begitu cepat mengalahkan logam, plastik dll. Beliau berkata jaman dahulu kendaraan berasal dari logam sekarang menggunakan plastik karena aman, higenies, ringan, tahan, transparan dan konsumsi bahan bakar yang sangat sedikit dan hal tersebut susah di peroleh oleh material lainnya.

Lalu, Bapak Ahmad Zainal Abidin merekomendasikan 3R (Reuse, Recycle dan Recover) dengan reuse, dibersihkan dan digunakan lagi. Dari sampah bisa dibersihkan dan jadi produk lagi. Recycle di daur ulang, pemulung diambil botolnya dijual, dipisah-pisah botol, label dan tutupnya. Recover, pengepul di kecilkan plastiknya.



"Mindset selalu dirubah, semua bisa diselesaikan. Tinggal bagaimana memanage pengelolaan sampah agar bisa menguntungkan. Misalnya dengan mengurangi eksploitasi SDA. Kalau Reuse, Recycle, Recover diterapkan maka tidak ada plastik yang akan mengotori tanah, air, dan udara. Tantangannya adalah bagaimana caranya mengelola sampah. Pemerintah seharusnya anjurkan ke reuse, recyle dan recover"ungkap Ahmad.

Selanjutnya Christine Halim, Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia, menuturkan bahwa Industri daur ulang saat ini sedang naik turun dimana dibedakan menjadi produsen plastik dan daur ulang. Menurutnya saat ini harga minyak bumi kian murah dan ada perang dagang antara AS dan China yang menyebabkan bahan original menjadi sangat murah. Hal tersebut merupakani tantangan besar yang mana belum adanya peraturan pemerintah terkait semua kemasan produk plastik harus dengan bahan recycle. Beliau juga bercerita mengenai aturan produk plastik seperti di negara Eropa dimana pada tahun 2020, Eropa akan menggunakan minimal content plastic packaging, material recyle sebesar 25%. Walaupun begitu Brand owner terkemuka di negara mereka pun sudah berusaha menginisiasi guna menciptakan demand dan tidak menggunakan investasi.



"Di indonesia sumber daya dan tenaga kerja banyak kita bisa ekspor nantinya ke negara maju tapi sayangnya industri daur ulang masih industri menengah dan kebawah dimana investasi teknologinya rendah. Kita cuma bisa memasok bahan menjadi down cycle. Tidak bisa dijadikan botol lagi,demandnyapun masih minim. Selain itu, Kita yang membantu mengelola lingkungan malah dianggap sebelah mata, hina. Contohnya, pemulung dirasa ga perlu sehingga masalah sampah masih carut marut. Saya yakin seluruh jenis plastik di Indonesia, 99% sudah recycle tapi tidak berani menunjukkan karena di Indonesia belum ada peraturan mengenai hal itu. Lalu, kita lihat kenapa produk China murah, karena mereka telah menggunakkan cycle konten dan kaya. Namun sayangnya mereka membuang residu dengan sembarang dan mencemari lingkungan. Terkait masalah penyebaran Dioksin sendiri saya yakin pula adanya oknum-oknum tertentu yang terpaksa akibat ada unsur ekonomis disana sehingga permasalahan plastik di Indonesia menjadi sangat kompleks"ujar Christine.

Hadir pula Endang Truni Tresnaningtyas, Direktur Bank Sampah Induk Patriot Bekasi. Pahlawan tanpa tanda jasa yang telah mengedukasi 1.013 RW. Selain itu, beliau juga turut mengedukasi sekolah dan masyarakat.

Beliau berusaha mengedukasi dengan memilah plastik, kertas logam, kaca sesuai dengan UU 14 tahun 2008. Menurutnya, Bank sampah bukan hanya anorganik saja tetapi juga mengelola sampah organik agar dapat dijadikan pupuk dan makin banyak zero waste. Walaupun dalam penerapannyapun tidak mudah ketika sampah-sampah yang susah dijual misalnya seperti label sampai sekarang nelum dapat dijual karena pelaku belum bisa menjual plastik mie instan, pampers. Padahal bahan kertas yg paling bagus adalah bahan dari pampers hanya mereka masih berfikir bagaimana cara mengelolanya.



Ibu Endang pun bercerita mengenai pengalamannya membuat bank sampah yakni diawali dengan perkenalan RT/RW. Beliau pun seringpula ditolak dengan alasan masyarakat ingin yang praktis. Akan tetapi, ada juga masyarakat yang menerima agar lingkungannya bersih dan sehat. Selanjutnya Ibu Endang biasanya melakukan sosialisasi ke warga, setelahnya diarahkan bagaimana membentuk bank sampah, mengajari cara memilah. Lalu didampingi sebanyak 3-4 kali, ketika sudah mandiri baru dimonitor terus. Kemudian jika ada masalah maka akan di evaluasi dan dipantau dari lapangan. Menurutnya untuk satu RW dengan 800 kepala keluarga dapat menghasilkan hingga satu ton lebih tiap bulan dan untuk bank sampah sendiri biasanya dikumpulkan di rumah dan dilakukan penimbangan satu bulan satu kali. Manajemen, semangat, strategi dan diinisiasilah yang hingga kini dipertahankan oleh Ibu Endang Truni Tresnaningtyas bersama ibu-ibu relawan pecinta lingkungan.

"Bank Sampah yang kami bina hingga sekarang masih berupa an organik, tapi saat ini kita sedang mengembangkan organik. Kalau dulu biasanya terjun langsung, sekarang produk daur ulangnya, kami pamerkan di JCC seperti kerajinan plastik, kain dll. Dan juga banyak permintaan untuk sosialisasi inilah untuk mempercepat pemahaman akan pengolaan sampah"pungkasnya.



Lalu dilanjutkan diskusi dengan Kasi Daur Ulang Direktorat Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tyasning Permana Sari mengatakan bahwa ada tiga ideologi untuk mengurangi sampah yaitu Zero Waste, Technology Approach dan Circular Economy guna mengharmonisasikan antara masyarakat dan pengusaha industri.

Tidak lupa Ketua ASPADIN, Bapak Rahmat Hidayat memberikan komentarnya mengenai pengelolaan sampah plastik di Indonesia. Beliau menuturkan bahwa untuk menangani sampah itu sangat berkaitan dengan ekosistem dan subsistem-subsitem di dalamnya sehingga kita tidak boleh melupakan sektor informal dan sektor industri.

Sesuai amanat UU 18 tahun 2008, bahwa ada masing-masing tanggung jawab pemerintah namun sekarang yang dikejar adalah produsen. Padahal tata kelola sampah merupakan tanggung jawab semua sistem. Misalnya produsen tanggung jawab untuk memperbaharui sistem produksi, lalu masyarakat Indonesia dapat membantu dengan cara membuat bank sampah, melakukan daur ulang, dan juga pemerintah harus siap infrastruktur agar dapat mewujudkan circular economy.

"Pemerintah harus keep budget mulai dari nasional ke daerah. Karena masalah sampah adalah masalah hidup kita masing-masing. Perannya edukasi dan kolaborasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan harus juga butuh law enforcement agar masyarakat patuh dan semakin cinta lingkungan"tutupnya. (michella)





Profil Komunitas Plastik Untuk Kebaikan Jabodetabek

Plastik untuk Kebaikan merupakan komunitas yang terdiri dari orang perorang yang peduli dengan pemasalahan lingkungan khususnya sampah plastik. Sebagian orang menganggap sampah plastik adalah bencana yang memusuhi plastik. Padahal, sejatinya plastik adalah penemuan yang bermanfaat bagi kehidupan dan memberi kehidupan bagi banyak orang.

Penilaian yang salah tentang plastik inipun terjadi dikalangan pemerintah. Demi mengatasi persoalan sampah, pemerintah justru menyerukan untuk menghentikan konsumsi air minum dalam kemasan. Sementara, fasilitas seperti tap water untuk mengisi ulang botol minum pun belum tersedia.

Komunitas Plastik Untuk Kebaikan adalah komunitas yang melihat plastik dari sisi ekonomi. Dimana kemasan plastik, terutama botol atau plastik jenis PET adalah sampah yang dapat didaur ulang dan bernilai ekonomi bagi sejumlah orang, seperti pemulung.

VISI
Selamatkan bumi melalui tata kelola sampah plastik

MISI:
Memasyarakatkan tata kelola sampah plastik selesai di tempat, tanpa memerlukan tempat sampah akhir.
Mengedukasi masyarakat ikut serta memilah sampah plastik dari rumah
Menjadikan sampah plastik sebagai nilai tambah ekonomi keluarga
Peran serta keluarga dalam tata kelola sampah plastik
Mendesak pemerintah pusat mewajibkan setiap daerah melakukan waste management
Mengajak produsen ikut serta dalam tata kelola sampah plastik
Mengajak pentahelix (pemerintah, akademisi, komunitas, masyarakat dan media)
ikut serta dalam tata kelola sampah plastik

PROGRAM:
Mobil #PlastikUntukKebaikan
Aksi Bersih Bersih Bersama KPUK

Untuk info selanjutnya dapat dilihat melalui Instagram dan Facebook di : @plastikuntukkebaikan, Twitter:@plastikkebaikan Youtube:Plastik Untuk Kebaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ANRI dan BPIP Adakan Seminar Sumpah Pemuda Untuk Generasi Milenial

Interview Park Jihoon Fancon Asia Tour In Jakarta

INFORMA HADIRKAN PROGRAM KHUSUS MEMBER