Global Future Institute (GFI) Adakan Seminar Tentang Indo-Pasifik
Selasa, 15 Oktober 2019, di Wisma Daria, Jakarta, Global Future Institute menyelenggarakan seminar terbatas membahas konsepsi Indo-Pasifik, persaingan global AS versus Cina di Asia Pasifik, dan peran aktif Indonesia untuk membebaskan diri dari penyanderaan konflik global negara-negara besar.
Tema Seminar: Telaah Strategis dan Kritis tentang Konsepsi Indo-Pasifik di tengah Semakin Menajamnya Persaingan Global AS versus Cina(Perspektif Politik Luar Negeri RI Bebas-Aktif).
Hadir sebagai narasumber beberapa perwakilan dari Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas), dan Kantor Berita Antara. Selain itu, juga hadir beberapa perwakilan berbagai elemen masyarakat baik lembaga kajian strategis, beberapa himpunan mahasiswa hubungan internasional beberapa perguruan tinggi, kalangan profesional, maupun kalangan pegiat sosial-ekonomi dan sosial-budaya.
Beberapa Simpul-Simpul Pemikiran yang Mengemuka pada forum Seminar
1. Para narasumber maupun peserta aktif seminar bersepakat bahwa dalam konsepsi Indo-Pasifik versi Amerika Serikat yang bernama The Indo-Pacific Strategy Report yang dirilis oleh Presiden AS Donald Trump pada 2017 lalu, pada hakekatnya merupakan konsepsi yang dibuat berdasarkan kepentingan negara-negara adikuasa, dalam hal ini, AS dan sekutu-sekutunya, sebagai pesaing Cina, agar tetap bisa mempertahankan hegemoninya di kawasan Asia Pasifik. Seraya memancing kembali munculnya Perang Dingin Jilid 2.
2. Dengan demikian, terminologi Indo-Pasifik yang seakan-akan dimaksudkan untuk menggantikan penyebutan Asia-Pasifik yang selama ini lazim digunakan, pada hakekatnya mencerminkan semakin menajanmnya persaingan global antara AS versus Cina di kawasan Asia-Pasifik.
3. Menyadari kenyataan semakin menajamnya persaingan global AS versus Cina di Asia Pasifik, maka konsepsi Indo-Pasifik bukan sebatas upaya negara-negara adikuasa untuk menguasai Asia-Pasifik sebagai ruang hidup baru, melainkan juga berpotensi besar untuk menyeret negara-negara berkembang di kawasan ini, termasuk Indonesia, untuk masuk dalam orbit pengaruh negara-negara adikuasa yang berkepentingan terhadap konsepsi Indo-Pasifik. Yaitu AS, Australia, Jepang dan India.
4. Menyadari kenyataan bahwa konsepsi Indo-Pasifik yang merujuk pada the Indo-Pacific Strategy Report versi AS bertumpu pada dua doktrin Pertahanan-Keamanan Pentagon (The National Security Strategy dan the National Defense Strategy), yang ditujukan untuk membendung pengaruh Cina (Belt Road Initiatives) di Asia Pasifik. Maka konsepsi Indo-Pasifik versi AS tersebut pada perkembangan akan diperluas lingkupnya untuk melayani kepentingan militer AS di kawasan ini. Hal itu bisa kita lihat dari perubahan nomenklatur dari USPASCOM menjadi INDOPASCOM. Selain itu, seiring dengan dicanangkannya konsepsi Indo-Pasifik, kemudian dibentuk pakta pertahanan empat negara (QUAD) yang melibatkan AS, Australia, Jepang dan India.
5. Atas dasar pandangan tersebut di atas, baik para narasumber maupun peserta aktif seminar bersepakat untuk mewaspadai kemungkinan pemerintah AS mencoba mempengaruhi perumusan akhir dari the ASEAN Outlook on Indo-Pacific.
6. Kementerian Luar Negeri, khususnya Direktorat Kerjasama ASEAN, kiranya perlu lebih waspada untuk mengawal secara ketat kemungkinan kementerian luar negeri maupun kementerian pertahanan AS, menggunakan celah pendekatan normatif yang menekankan pentingnya penghormatan terhadap hukum internasional, untuk memasukkan rumusan-rumusan dan klausul-klausulnya, melalui dokumen-dokumen ASEAN yang akan dirilis terkait Pandangan ASEAN tentang Indo-Pasifik.
7. Adapun sisi rawan, sehingga perlu diwaspadai, dari the Indo-Pacific Strategy Report yang dirilis Kementerian Pertahanan AS itu, materi yang ada di dalamnya penuh kontradiksi. Pada satu sisi, menegaskan pentingnya free and open Indo-Pacific yang diberlakukan bagi semua negara, namun pada saat yang sama menyingkirkan Cina, Rusia, dan Korea Utara dari skema kerjasama Indo-Pasifik. Dengan mencanangkan Rusia dan Cina sebagai musuh utama dan kekuatan revisionis untuk mengubah statusquo global.
8. Dengan kata lain, sisi rawan dari the Indo-Pacific Strategy Report tersebut adalah, bahwa secara konsepstual di dalam dirinya sejak awal terkandung maksud untuk menghadapi dan membendung pengaruh negara-negara adikuasa lainnya. Sehingga the Indo-Pacific Strategy Report versi AS tersebut, pada perkembangannya dimaksudkan untuk menyandera negara-negara di kawasan Asia Pasifik, ke dalam konflik global AS versus Cina.
9. Melalui strategi tersebut, tergambar tujuan strategis AS adalah menggalang negara-negara sekutu maupun negara mitra, sekaligus menambah keikutsertaan negara-negara baru sebagai sekutu atau mitra AS. Untuk kemudian membentuk jaringan kekuatan membendung pengaruh Cina, Rusia dan Korea Utara.
10. Dalam Melalui strategi tersebut, tergambar tujuan strategis AS adalah menggalang negara-negara sekutu maupun negara mitra, sekaligus menambah keikutsertaan negara-negara baru sebagai sekutu atau mitra AS. Untuk kemudian membentuk jaringan kekautan membendung pengaruh Cina, Rusia dan Korea Utara.
11. Dalam konstelasi yang seperti itu, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, termasuk Indonesia dan negara-negara yang tergabung dalam perhimpunan negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN), memandang konsepsi Indo-Pasifik versi AS tersebut akan menciptakan instabilitas politik dan keamanan di kawasan Asia Pasifik, dan Asia Tenggara pada umumnya. Terutama semakin meningkatnya eskalasi kehadiran personil militer AS, dengan dikerahkannya hamper 60 persen kapal-kapal perangnya di atas perairan Laut Cina Selatan.
12. Dengan demikian yang harus diwaspadai adalah kemungkinan AS menerapkan strategi rules-based order, yaitu mengkondisikan terciptanya suatu celah agar AS dan sekutu-sekutu strategisnya agar dapat menentukan aturan main bagi kepentingan negara-negara besar. Seraya mengorbankan kepentingan-kepentingan negara-negara satelitnya di Asia Pasifik. Termasuk negara-negara ASEAN, dan Indonesia pada khususnya.
Direktur GFI, Hendrajit.
Rekomendasi Global Future Institute (GFI)
1. Kementerian Luar Negeri, terutama Direktorat Jenderal Kerjasama ASEAN, Kiranya perlu mewaspadai manuver pemerintah AS yang mencoba mencari celah melalui pendekatan normatif yang tercantum dalam the ASEAN Outlook on Indo-Pacific , dengan mengajukan skema Indo-Pasifik menurut versinya sendiri yang berbasis Rules-based Order.
2. Agar negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, dan Asia Tenggara termasuk Indonesia, bebas dari penyanderaan konflik global AS versus Cina, maka ASEAN bersatu dan mandiri, harus jadi landasan mengimbangi dua konsepsi yang saling bertarung di kawasan ini, yaitu konsepsi Indo-Pasifik dan konsepsi Belt Road Initiatives (BRI).
3. Selain itu, Indonesia sebagai penganut azas politik luar negeri RI yang bebas dan aktif, sudah saatnya memainkan peran kepeloporan, yaitu membangun aliansi baru guna menangkal baik pengaruh AS maupun Cina di Asia Pasifik. Misalnya dengan merevitalisasikan kembali kerjasama Asia-Afrika yang lebih paripurna. Misalnya dengan memperluas lingkup konsepsi Indo-Pasifik menjadi Asia Africa Indo Pacific Concept.
4. Adapun keuntungan dari terbentuknya Asia Africa Indo-Pacific Concept, Indonesia bisa memprakarsai aliansi progresif seperti di era pemerintahan Sukarno dulu. bahwa aliansi antar negara berkembang berpotensi mengimbangi kekuatan negara-negara semisal AS dan Cina. Kedua, kita bisa merangkul India masuk ke dalam aliansi dan mungkin juga menarik Cina berkat pertimbangan historis. Dengan kata lain Asia Africa Indo Pacific Concept bisa menarik lawan menjadi kawan.
Komentar
Posting Komentar